Kamis, 24 Juni 2010

Al-Quran sang IMAM

Kedudukan utama Al-Qur'an sebagai Kalamullah dan kitab suci yang agung bagi umat Islam sangat dirasakan bagi para penganutnya. Al-Qur'an sebagai kalamullah senantiasa terjaga kesuciannya dari bahasa-bahasa selain manusia. Karena, Allah Swt sebagai Pemilik haqiqi Al-Qur'an telah menyampaikan bahwa Dia Yang Maha Tinggi lagi Maha Perkasa yang akan menjaga Al-Qur'an dari tangan-tangan kotor jahiliyyah. Sebagai kitab suci yang agung Al-Qur'an tidak boleh diletakkan di sebarang tempat, apalagi ditempat-tempat yang tidak menunjukkan tempat kemulyaan dan bagi

para pembacanya diwajibkan untuk bersuci; baik dari hadats kecil maupun hadats besar. Demikianlah betapa agungnya Al-Qur'an di tengah-tengah umat Islam. Namun, kedudukan Al-Qur'an sebgai sumber dari segala sumber hukum, menjiwai seluruh keyakinan umat, pandangan hidup dan yang harus menjadi standar dalam pemikiran dan prilaku nampaknya masih jauh dari harapan.

Kenyataan ini dapat kita lihat dari aktivitas sehari-hari umat Islam itu sendiri yang mengabaikan isi Al-Qur'an. Ketika Al- Qur'an membicarakan persoalan hukum, umat Islam ramai-ramai menolaknya dengan alasan hukum tersebut tidak mungkin lagi dijalankan. Ketika Al-Qur'an berbicara standar halal dan haram, umat Islam pun seolah-olah tidak mau tahu dan tidak mau mendengarnya. Ketika Al-Qur'an berbicara persatuan umat Islam, malah umat Islam membuat pengkotakkotakan wilayah berdasarkan hawa nafsunya sendiri. Realitas menunjukkan bahwa kebanyakan umat Islam hanya mengagungkan Al-Qur'an sebatas simbolik semata. Kecintaan mereka terhadap Al-Qur'an hanya sebatas pada bacaan dan seremonial yang tidak sampai melalui tenggorokan. Al-Qur'an dibaca dan diagungkan fisiknya, tetapi tidak diterapkan. Didengarkan dan disanjung-sanjung tetapi tidak dilaksanakan. Jika demikanlah faktanya, sebenarnya hal ini bukanlah sikap yang benar dalam mengagungkan Al-Qur'an.

Bulan diturunkannya alquran

Ramadhan adalah bulan dimana diturunkan Al-Qur'an, inilah yang sering diperingai umat Islam dengan sebutan nuzuulul Qur’an. Walaupun banyak ulama yang berbeda pendapat tentang kapan tepatnya Al-Qur'an pertama kali diturunkan, namun secara umum umat Islam mengetahuinya tanggal 17 Ramadhan. Sehingga, tanggal 17 Ramadhan inilah yang menjadi hari yang sangat saklar untuk diperingati sebagai malam nuzulul Quran. Allah Swt Zat Yang Maha Agung berfirman: “Bulan Ramadhan, bulan yang didalamnya diturunkan Al-Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia, penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang haq dan yang bathil).” (TQS. al-Baqarah [2]: 185).

Tidak seperti di bulan-bulan yang lain, memang bulan Ramadhan seperti bulan ajaib yang mengarahkan umat Islam untuk mengingat kembali pelaksanaan Al-Qur'an yang sudah terabaikan selama sebelas bulan. Al-Qur'an yang biasanya tersimpan di lemari tanpa disentuh-sentuh mulai diperhatikan. Isinya yang sangat jarang dipelajari mulai ditela’ah. Pelaksanaan yang terus diabaikan selama diluar Ramadhan satu persatu dicoba untuk diamalkan walaupun masih jauh dari nilai kesempurnaan. Namun, Ramadhan sebagai momentum pengamalan Al-Qur'an mulai dirasakan pada bulan yang penuh berkah ini. Karena memang Ramadhan sebagai bulan ibadah yang dijanjikan Allah Pahala yan berlipat ganda bagi hambanya atas amal-amal sholeh mereka.

Walaupun demikian, peran Al-Qur'an di tengah-tengah umat Islam kini; apakah di bulan Ramadhan apalagi diluar Ramadhan sangat terasa berkurang keberkahannya. Hal ini karena umat Islam tidak menggunakan gigi gerahamnya untuk menggigit Al-Qur'an dan menjadikannya pedoman dalam kehidupannya sehari-hari. Padahal Rasulullah Saw telah mengingatkan umat Islam untuk berpegang teguh kepada Al-Qur'an tersebut. RasulullahSaw bersabda: “Aku telah meninggalkan dua perkara: Jika kalian berpegang teguh pada keduanya maka kalian tidak akan tersesat selamalamanya. Yaitu Kitabullah dan sunnah nabi-Nya.” (HR. Imam Malik). “Sebaik-baik ucapan adalah kalamullah.” (HR. an-Nasa’i).

Mulia Dengan Al-quran

Pengamalan Al-Qur'an yang sering disebut dengan istilah “membumikan” Al-Qur'an sebagai sumber dari segala sumber hukum dan standart amaliah dalam realitas kehidupan merupakan suatu kewajiban bagi umat dan amat perlu agar umat Islam mendapatkan kedudukan atau derjat yang tinggi di sisi Allah dan dihadapan orang-orang yang tidak suka kepada Islam. Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya Allah akan mengangkat derajat suatu kaum

dengan Al-Qur'an ini dengannya pula Allah menjatuhkan kaum yang lain.” (HR. Muslim). Bila saja Al-Qur'an dibumikan seluruh ayat-ayatnya tanpa ada ayat yang menjadi anak emas atau anak tiri, dengan kata lain semuanya harus diamalkan dalam menata kehidupan menuju mardhotillah, maka kemulian umat Islam sebagai umat yang terbaik dimukabumi ini akan semakin terasa; baik dari sisi kepemimpinan yang menjadikannya pedoman dalam tata hukum pemerintahan maupun dari sisi amal sosial di tengah-tengah masyarakat. Benarlah kiranya firman Allah Swt Zat Yang Maha Agung yang telah menurunkan Al-Qur'an tersebut: “Sesungguhnya Al-Qur'an ini memberikan petunjuk

kepada jalan yang lurus dan memberikan kabar gembira kepada orang Mukmin yang mengerjakan amal shaleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.” (TQS. al-Isra’ [17]: 9).

Bila seorang Muslim mau kembali kepada kemuliaan Al-Qur'an tentulah itu lebih baik baginya dari dunia dan segala isinya. Karena kemulian itu itu apabila seorang Muslim benar-benar mau kembali kepada kandungan isi Al-Qur'an, yakni dengan mengamalkan isinya. Allah Swt telah memberikan perumpamaan bagi orang-orang yang tidak mau mengamalkan ayat-ayat Allah tersebut dengan firman-Nya: “Perumpaan orang-orang yang dipikulkan kepadanya Taurat, kemudian mereka tidak memikulnya (tidak mengamalkan isinya) adalah seperti keledai yang membawa kitabkitab yang tebal. Amat buruk perumpamaan kaum yang mendustakan ayat-ayat Allah itu. Allah tiada memberi petunjuk kepada kaum yang dzholim.” (TQS. al-Jumu’ah [62]: 5).

Sesungguhnya Al-Qur'an diturunkan oleh Allah Swt tanpa campur tangan dari kata-kata manusia sedikitpun. Ianya berisi sistem kehidupan yang harus diterapkan dalam berbagi dimensi kehidupan. Berbagai interaksi yang dilakukan manusia dengan Tuhannya, dengan dirinya sendiri, maupun dengan sesamanya, semuanya berada dalam wilayah cakupan Al- Qur'an tanpa terkecuali. Niat yang ikhlash dan tekad dari seluruh umat Islam sangat diharapkan untuk menjadikan Al- Qur'an “membumi” di tengah-tengah masyarakat dalam bentuk pengamalan yang sempurna; baik pada level negara, masyarakat maupun individu.

Sampai kapan umat Islam harus terbuai dengan cerita-cerita yang tidak berasal dari Al-Qur'an?. Sampai kapan lagi umat Islam harus merasakan derita karena tidak diterapkan pengamalan Al-Qur'an?. Sampai kapan lagi umat Islam harus dihinakan karena telah dijauhkan dari ajaran-ajaran Al-Qur'an?. Ramadhan kali ini sejatinya harus benar-benar dijadikan momentum oleh seluruh kaum Muslim untuk lebih serius dan tidak hanya berpangkutangan dalam menerapkan Al- Qur'an secara total dalam kehidupan. Kini sudah tiba saatnya Umat Islam harus melek Al-Qur'an menuju kebangkitan Islam. Allahu akbar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar